expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 01 Desember 2015

Social Entrepreneur Camp kembali hadir!

Social Entrepreneur Camp (SEC) 2016 adlh program Dompet Dhuafa yg berisi pelatihan dan pendampingan usaha bagi pelaku wirausaha yang berkeinginan melakukan pengembangan bisnis dlm bentuk pemberdayaan masyarakat.
SEC dikhususkan bagi wirausaha muda usia 20-35 tahun dan telah menjalankan bisnis minimal 1 tahun, terhitung dari pertama kali menjual produk.
Cara pendaftaran:
1. Mengisi formulir data diri secara online di bit.ly/daftarsec2016
2. Mengirim form deskripsi usaha yang dapat diunduh dibit.ly/deskripsiusaha ke alamat email sea@dompetdhuafa.org dan cc ke socentra.dd@gmail.com
Paling lambat 30 Desember 2015
Untuk info lebih lanjut, kunjungi
Website: http://sea-dd.com/
Facebook: Social Entrepreneur Academy
Twitter: @sosialbisnis
Sms/whatsap: 085725655265, 08112959393


Selasa, 24 November 2015

Mainkan Saja Dulu Idenya, Actionnya Belakangan.

Datsun Rising Challenge 2, Dimulai !
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kompetisi Proposal Wirausaha




JAKARTA, INDONESIA (October 13, 2015) - Hari ini, PT. Nissan Motor Indonesia (NMI) mengumumkan bahwa Datsun Rising Challenge 2 (DRC 2) secara resmi dimulai.   
    
DRC 2 merupakan gelombang kedua dari program yang telah menuai kesuksesan besar pada tahun 2013, saat para peserta diajak untuk mengajukan proposal ide wirausaha dan belajar tentang bagaimana membangun bisnis mereka secara berkelanjutan. Tahun ini, DRC 2 akan akan berfokus pada kewirausahaan yang memberdayakan masyarakat untuk mengentaskan permasalahan sosial (social entrepreneurship). Para peserta diundang untuk mendaftarkan ide dan proposal bisnis yang inovatif untuk pengembangan para wirausahawan muda Indonesia yang memiliki kepekaan sosial.
     
     Social entrepreneurship menggabungkan inovasi, sumber daya dan kesempatan untuk mengatasi tantangan dan masalah sosial dan lingkungan melalui kewirausahaan. Tujuannya adalah perubahan yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dimana usaha tersebut dijalankan.
Vincent Cobee, Corporate Vice President, Global Head of Datsun mengatakan, "Datsun adalah merek global yang membantu mewujudkan impian orang untuk memiliki mobil menjadi kenyataan. Filosofi mewujudkan mimpi itu pun dituangkan ke dalam inisiatif dan program untuk mendukung cita-cita para risers, dengan membuka peluang baru dalam hidup dan membantu mereka untuk  meningkatkan taraf kehidupan mereka. Kami sangat senang karena Datsun dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat sekaligus mengembangkan kemampuan kaum muda.”
     DRC 2 menargetkan lebih dari 2.000 proposal. Dua puluh proposal terbaik akan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam lokakarya bisnis yang dimentori pakar dari beragam bidang. DRC 2 akan menyeleksi lima proposal terbaik dari seluruh Indonesia. Setiap pemenang akan mendapatkan 1 unit mobil Datsun GO+ Panca dan uang tunai sebesar 50 juta Rupiah, yang bisa digunakan sebagai modal awal usaha.

Indriani Hadiwidjaja, Head of Datsun Indonesia, menjelaskan, "Sejalan dengan semangat Datsun untuk merealisasikan mimpi menjadi kenyataan, kami kembali menggelar Datsun Rising Challenge sebagai platform untuk membantu risers mencapai tujuan bisnis mereka. DRC 2 juga merupakan cara Datsun untuk mengapresiasi risers Indonesia yang telah mendukung kami, dengan berbagi peluang dan membangun sukses secara bersama-sama."

     Berdasarkan laporan  dari Kamar Dagang Indonesia (KADIN) tahun 2014, saat ini Indonesia memiliki jutaan perusahaan yang terdaftar sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). UKM memainkan peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, dengan menginspirasi para wirausahawan untuk memberdayakan masyarakat melalui usahanya seperti pada prinsip social entrepreneurship, peluang untuk berkontribusi pada perbaikan kondisi sosial ekonomi di Indonesia sangat besar. 


"DRC 2 merupakan sebuah kesempatan bagi kita semua untuk menemukan sosok agent of change di masa yang akan datang. Datsun berharap DRC 2 dapat menginspirasi risers untuk menciptakan ide-ide yang berpotensi memberdayakan masyarakat dan secara jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia," Indriani menyimpulkan.
          Datsun akan mengadakan roadshow di kota-kota besar Indonesia untuk merekrut peserta. Sebagai langkah lanjutan dalam mendukung peserta, Datsun juga akan melakukan lokakarya untuk membekali para calon social entrepreneur dengan pengetahuan dan keterampilan terkini yang dibutuhkan untuk mendirikan dan mengembangkan bisnis, serta memberikan solusi permasalahan sosial di masyarakat dengan prinsip-prinsip kewirausahaan.
          Pendaftaran DRC 2 akan dimulai pada 20 Oktober 2015 hingga 20 Januari 2016. Peserta dapat memperoleh informasi lengkap seputar DRC 2 dan juga mengunduh formulir pendaftarannya di www.datsun.co.id/drc.

 
Kiri-Kanan: Shinkichi Izumi, Vincent Cobee, Andy F. Noya, Indriani Hadiwidjaja, beserta salah satu pemenang DRC 1 Woro Anindyajati

Syarat & Ketentuan Umum

Syarat dan Ketentuan ini hanya berlaku untuk Aktivitas ‘Datsun Rising Challenge 2’. Aktivitas ini diselenggarakan oleh PT Nissan Motor Indonesia dan pihak agency yang ditunjuk olehnya.
Aktivitas ‘Datsun Rising Challenge 2’ dimulai pada 20 Oktober 2015 Jakarta, waktu Indonesia dan berakhir pada 20 Januari 2016 pukul 23:59 Jakarta, waktu Indonesia (selanjutnya disebut: Masa Aktivitas ‘Datsun Rising Challenge’).
PT Nissan Motor Indonesia berhak untuk mengubah atau membatalkan Syarat dan Ketentuan, hadiah, definisi atau informasi lain kapan saja selama Masa Aktivitas ‘Datsun Rising Challenge 2’ tanpa pemberitahuan dalam bentuk apapun terlebih dahulu.

 

Partisipasi

Kompetisi ini terbuka untuk seluruh warga negara Indonesia, baik pria maupun wanita dengan syarat-syarat sebagai berikut :
·  Hanya untuk Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di wilayah Indonesia
·  Proposal yang dikirimkan harus berupa ide bisnis orisinil dan belum pernah terpilih menjadi pemenang dalam kompetisi wirausaha lainnya
·  Nilai skala bisnis yang diajukan maksimal sebesar 150 juta Rupiah
·  Ide bisnis dapat disusun secara individu ataupun kelompok, namun setiap proposal bisnis hanya dapat direpresentasikan oleh 1 nama
·  Peserta harus berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun dan saat ini belum menjalankan bisnis sosial yang ada di dalam proposal
·  Model usaha yang diajukan tidak boleh melanggar hukum yang berlaku di Indonesia.
·  Formulir dapat diunduh di halaman ini.
·  Kompetisi ini tidak berlaku bagi karyawan PT Nissan Motor Indonesia, dan Agency; termasuk juga anggota keluarganya

 

 PROPOSAL

Setiap peserta hanya diperkenankan mengirimkan satu proposal bisnis sosial.

Yang dimaksud dengan proposal bisnis sosial adalah bisnis yang mencakup beberapa point sebagai berikut:
· Ide bisnis sosial dimulai dengan analisa lingkungan dan masyarakat
· Ide bisnis sosial timbul untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat dan lingkungan setempat
· Ide bisnis sosial dapat dikembangkan ke skala yang lebih besar (di tingkat daerah hingga hingga nasional)
· Ide bisnis sosial tersebut memberdayakan masyarakat dalam operasional perusahaan
· Ide bisnis sosial tersebut memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar
· Ide bisnis sosial tersebut dapat mendatangkan profit
Pertanyaan mengenai ide bisnis sosial dapat dilihat di Frequently Asked Question (FAQ) atau dapat dilayangkan via email ke breakthrough@datsun.co.id


Orisinalitas. 
Semua proposal yang diikutsertakan dalam kompetisi harus orisinal dan milik / ciptaan sendiri. Bila kemudian diketahui melanggar, maka peserta akan didiskualifikasikan dari kompetisi ini.


Hak cipta. 
Pelanggaran atas hak cipta milik pihak ketiga mengakibatkan peserta secara otomatis didiskualifikasi dari kompetisi ini. Bila ada klaim dari pihak pemegang / pemilik hak cipta maka hal itu adalah tanggung jawab dari peserta termasuk biaya-biaya yang timbul. Hak cipta dari ide bisnis sosial yang diikutsertakan dalam kompetisi ini tetap menjadi milik peserta.


Seleksi Proposal/Peserta. 
Hasil seleksi proposal yang dilakukan oleh panitia seleksi adalah keputusan final yang tidak dapat diganggu gugat.
Tahapan-tahapan seleksi proposal adalah sebagai berikut:
1.  Proposal-proposal yang diterima panitia sampai batas akhir pendaftaran akan dipilih melalui tahap seleksi
2.  Panitia ‘Datsun Rising Challenge 2’ akan memilih 100 proposal bisnis terbaik dari seluruh Indonesia
3.  Dari 100 proposal bisnis yang masuk, akan dipilih 20 (dua puluh) semi finalis melalui persyaratan tambahan, dan peserta yang terpilih akan dikarantina dan diwawancarai oleh tim juri
4.  Dari hasil wawancara oleh tim juri akan dipilih 5 (lima) pemenang Datsun Rising Challenge 2 yang berhak mendapatkan hadiah yang sudah ditentukan.

 

Penentuan Pemenang & Hadiah

· 5 (lima) Pemenang Aktivitas ‘Datsun Rising Challenge 2’ ditentukan oleh tim juri
· 5 (lima) Pemenang utama akan mendapat Datsun Go+ dan modal usaha sebesar Rp. 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah). Hadiah berupa uang tunai hanya dapat digunakan sebagai modal usaha untuk pengembangan bisnis sosial dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok.
· Pajak – pajak atas hadiah, termasuk tapi tidak terbatas pada pajak dikenakan atas hadiah, ditanggung oleh PT Nissan Motor Indonesia
· Pajak atas kendaraan dan penambahan biaya balik nama mobil Datsun Go+ ditanggung oleh pemenang
· Segala keputusan terkait penentuan pemenang adalah hak PT Nissan Motor Indonesia serta bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Berpose di depan Datsun GO+, hadiah bagi DRC 2 persembahan Datsun Indonesia

Study Banding ala Rengke dan Ankso

Ide wisata edukasi alam tidak akan pernah habis untuk digali. Asalkan kita bisa terus mengasah kreativitas dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan. Tak hanya berhenti hingga berhasil mengasilkan produk anyaman, konsep wisata bisa dikembangkan sebagai tambahan pemasukan baru bagi masyarakat.

Hal ini juga mulai diterapkan dan dikembangkan oleh komunitas Al Ardvici yang lebih dikenal dengan sapaan Rengke. Sejak 2010 sudah mulai membina dan mengembangkan potensi masyarakat desa di Kabupaten Batanghari, yaitu menganyam rotan. Puncaknya pada tahun ini, 2015, mulai mengembakan daerah tersebut menjadi sentra anyaman rotan berupa wisata edukasi alam "RENGKE".

Silaturrahmi ke kawasan wisata edukasi alam anyaman resam menjadi salah satu proses yang dijalani tim Rengke untuk mempelajari konsep yang telah diterapkan 2 tahun belakangan ini. Hal ini bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan hal yang serupa di Kabupaten Batanghari, namun bedanya produk bersumber daru bahan baku tanaman rotan.



Jalan-jalan sambil belajar, bersama SMP IT Ash Shidiiqi Jambi



 Bermain sambil belajar, jalan-jalan sambil belajar, sepertinya memang menjadi salah satu alternatif program edukasi untuk para siswa yang diterapkan oleh pihak sekolah. Kunjungan demi kunjungan dari berbagai sekolah terus mewarbai kawasan wisata edukasi alam anyaman resam.
Untuk pertama kalinya, siswa SMP IT Ash Shidiqi Jambi berkunjung ke Desa Suka Maju untuk mengetahui dan belajar keunikan tanaman resam yang bisa dijadikan produk-produk bernilai seni tinggi dan ekonomis.




Mahasiwi Universitas Indonesia magang program social enterprise

Saat ini, program social enterprise memang sedang mewabah di kalangan pemuda. Terlebih lagi Mahasiswa yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya. Social enterprise menjadi salah satu alternatif permasalahan bangsa.

Universitas Indonesia. Perguruan tinggi ternama yang diisi oleh Mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk Jambi, juga ikut menggiatkan social enterprise. Dan kali ini, Ankso Peduli menerima kunjungan salah seorang Mahaiswi Jambi yang tengah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia. Kunjungan kali ini tak hanya sekedar berkunjung, tapi merupakan magang sebagai salah satu syarat menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang tengah ia ikuti di kampusnya.




Kelas wirausaha bersama Mahasiswa Ekonomi Islam UNJA

Kali ini, tim Ankso Peduli memberikan materi perkuliahan Kewirausahaan kepada teman-teman Mahasiswa Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi. Bersama dosen mata kuliah yang ikut mendampingi, Ankso Peduli menjelasakan proses pengerjaan produk-produk anyaman resam sejak pengambilan bahan baku ke hutan. Tak hanya teori, tapi Mahasiswa juga diikut sertakan dalam perjalanan pengambilan bahan baku. Jadi, untuk materi pertemuan kali ini tak hanya mempelajarai teori di bangku kelas perkuliahan, tapi juga turun langsung ke komplek wisata edukasi alam anyaman resam.




Senin, 23 November 2015

Pembentukan Karakter Anak-anak Pulau Pandan - Jambi

Bersinergi dengan teman-teman Mahasiswa Divisi Pengabdian Masyarakat KAMMI Daerah Jambi (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang membina anak-anak di kawasan Pulau Pandan - Jambi.

Pembinaan rutin dalam rangka pembentukan karakter anak-anak, menjadi tujuan dari rekan-rekan KAMMI Jambi. Dan kunjungan kali ini, adalah salah satu media pembelajaran untuk mereka. Dengan karakter yang tentunya sangat jauh berbeda denga anak-anak yang berkunjung sebelumnya, menjadi tantangan tersendiri bagi tim Ankso Peduli.

*Untuk informasi, silahkan searching di google dengan keywoard: Pulau Pandan Jambi






Kamis, 14 Mei 2015

Tak Hanya Menganyam, Juga Diajarkan Mengemas



Tak hanya sebatas hingga menganyam, tapi peserta wisata edukasi juga diajarkan untuk mengemas hasil karya mereka.

Misalnya untuk produk bros jilbab, peserta juga diajarkan mengelem jarum peniti dengan menggunakan lem panas tembak agar bisa merekat kuat dan bisa disematkan di tempat yang diinginkan.

Selain itu, untuk produk gantungan kunci, peserta juga diajarkan bagaimana mengaitkan besi gantungannya ke celah produk agar bisa terpasang dengan kuat. Lalu untuk liontin dengan memasangkan tali pengikat di mata liontin anyaman agar bisa diikat di bagian leher pemakai.





Setelah itu, produk tersebut dimasukan ke dalam plastik kemasan beserta kertas label sebagai identitas produk hingga memenuhi standar produk untuk siap jual. (ap)




Selain Berwisata, Inilah Salah Satu Aktivitas Lain Ankso Peduli



Selain wisata, AnksoPeduli sebagai social enterprise juga mengembangkan aktivitas minat bakat anak dan remaja dalam dunia design grafis dan digital printing. Ini sesuai dengan aktivitas utama dari Ankso Peduli yaitu Ankso Production yang merupakan bisnis konveksi dan percetakan.

Bersama 2 rekan usaha lainnya dalam bidang anyaman rotan dan rajutan, Ankso Peduli lebih dikhususkan untuk pembinaan dan pelatihan dalam bidang ekonomi kreatif digital printing sebagai program unggulan yang telah disepakati bersama Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Alyatama Jambi dari Kementerian Sosial Republik Indoensia. PSSA yang berlokasi di kawasan Talang Banjar ini membina puluhan anak, dan khusus program ekonomi kreatif ini diikuti 15 anak yang terdiri dari siswa SMP dan SMA.

Pada pertemuan pertama, kemarin (13 Mei 2015), Ankso Peduli memulai dengan perkenalan apa itu ekonomi kreatif, khususnya dalam bidang  design grafis dan digital printing. Sekelumit tentang dunia design grafis dan digital printing dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi, jenis dan bentuk, serta peluang dan manfaatya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pencerahan dan stimulus terlebih dahulu kepada anak binaan agar semakin tertarik untuk mengembangkan minat bakatnya dalam bidang ini.

Selanjutnya, hingga penghujung tahun 2015 ini, anak binaan akan secara bertahap dibina dan dilatih, baik itu secara teoritis maupun praktek langsung hingga mampu menghasilkan produk digital printing yang mampu bersaing di pasaran. Serta bisa menjadi bekal soft skill bagi mereka jika sudah mampu mandiri dari PSAA ini untuk kehidupan mereka di masa depan.

Untuk diketahui, bahwa program ini adalah program dari pihak yayasan yang telah diajukan dan disetujui oleh Kemensos RI agar memberikan soft skill kepada anak binaan dalam rangka peingkatan minat bakan dalam bidang ekonomi kreatif. Dan dalam hal ini, peranan Ankso Peduli ditunjuk sebagai tenaga pendamping, pelath dan pembina selama berlangsungnya program ini hingga akhir tahun 2015 ini. Untuk jadwalnya sendiri, akan dijadwalkan pertemuan seminggu sekali dengan metode 10% teori dan 90% praktek. (ap)

Selasa, 12 Mei 2015

Kali Ketiga, Kunjungan dari Sekolah Attaufiq Jambi




Setelah sebelumnya siswa/i kelas XII dan IX Attaufiq berkunjung pada bulan Januari lalu, bulan Mei ini giliran siswa/i kelas X dan XI yang berkunjung ke komplek wisata edukasi alam anyaman resam, Sabtu (2 Mei 2015).

Sebanyak 116 siswa antusias mengikuti rangkaian wisata sambil belajar yang disajikan oleh tim ankso peduli bersama kelompok masyarakat perajin setempat, Desa Suka Maju Kabupaten Muaro Jambi.

Dimulai sejak kedatangan siswa pada pukul 08.30 WIB, siswa disambut oleh tim relawan ankso peduli dari Mahasiswa Universitas Jambi yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa UNJA TRAINING MOTIVATION CENTER. Peserta diajak untuk warming-up terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan menuju hutan untuk mengambil bahan baku tanaman resam.


Setelah dibagi menjadi beberapa kelompok, para siswa diajak berkeliling hutan untuk mengambil sendiri tanaman resam sebagai bahan baku menganyam. Perjalanan yang menempuh kurang lebih 300 meter hingga menuju ke muka hutan, semakin membuat siswa penasaran untuk segera memasuki kawasan hutan.

Selama perjalanan, siswa tidak hanya mendapatkan informasi mengenai tanaman resam, tapi juga tanaman-tanaman lainnya yang tumbuh di sana. Ada pohon rotan, pohon karet, sirih merah, dan masih banyak lagi tanaman-tanaman yang sebelumnya tidak pernah mereka temui.



Ketika siswa dipersilahkan untuk mengambil tanaman resam, dengan semangat mereka memotong batang resam yang dipandu oleh tim relawan Ankso Peduli, karena tidak bisa sembarangan mengambil batangnya, harus batang yang cocok dan ideal untuk dianyam, tidak bisa terlalu muda maupun terlalu tua.





Setelah hampir selama 1 jam, para siswa kembali menuju pondok wisata untuk memulai rangkaian wisata edukasi selanjutnya. Namun sebelumnya para siswa beristirahat untuk makan dan minum bekal yang telah mereka bawa sendiri dari rumah. Namun, jika pihak sekolah memilih tiket masuk paket yang komplit, maka konsumsi akan disiapkan oleh tim Ankso Peduli (Rincian paket bisa dilihat di sini).

Seusai beristirahat, para siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok, selanjutnya didampingi oleh 1 orang perajin untuk setiap kelompoknya. Jadi para siswa bisa lebih fokus selama belajar menganyam. Ada beberapa produk anyaman yang diajarkan, diantaranya gelang, cincin, dan liontin. Selama belajar tersebut para siswa menggunakan bahan baku yang telah mereka ambil sendiri sebelumnya, dan karya mereka boleh dibawak pulang sebagai bukti bahwa mereka telah berhasil menganyam dan memperoleh pembelajaran yang baik melalui alam.






Selain itu, tidak hanya produk hasil buataan siswa sendiri yang boleh dibawa pulang, namun tim Ankso Peduli juga menyediakn produk siap beli yang telah dipacking. Bisa dibeli para siswa untuk dijadikan oleh-oleh keluarga di rumah. (ap)

Video Perjalanan Wisata Edukasi Alam Anyaman Resam, Siswa Kelas X dan XI SMA Attaufiq Jambi:
1. Perjalanan menuju lokasi
2. Siswa mengambil batang tanaman resam
3. Siswa antusias
4. Belajar menganyam

Sabtu, 21 Maret 2015

5 Pengingat Untuk (calon) Social Entrepreneur

KEMISKINAN, pengangguran, dan sederet masalah sosial lainnya ibarat mata air-air mata, membuat kita sedih, gelisah dan meratapi kondisi. Beberapa tergerak jadi solusi. Ada yang berdonasi, urunan tenaga jadi relawan, ada yang mengorganisir proyek sosial, dan ada juga yang terjun lebih dalam untuk melakukan intervensi sosial dengan pendekatan bisnis. Yang terakhir ini punya sebutan yang cukup keren: social entrepreneur.

Berikut lima kesalahan yang perlu diwaspadai seorang social entrepreneur :

1) Obat Tapi Tidak Mengobati
060811_placebo_hmed_5p
     Saya pernah mendengar kisah seorang Social Entrepreneur di Kenya yang melakukan intervensi sosial ke kamp pengungsian dengan memberikan makanan padat gizi ke balita penderita malnutrisi. Program berjalan sesuai rencana. Setiap hari ibu-ibu datang mengambil jatah makan anaknya. Namun setelah beberapa tahun ternyata angka malnutrisi tidak turun signifikan padahal program sudah menghabiskan jutaan dollar. Apa penyebabnya?
     Tidak ada yang salah dengan makanan yang diberikan, tidak pula dengan si anak. Ternyata penyebab utama adalah para ibu yang menimbun makanan dan cenderung tidak ingin anaknya bebas malnutrisi. Kenapa? Karena bila anaknya sehat maka asupan makanan gratis ini akan berhenti.
     Jebakan seperti ini sering terjadi khususnya bagi para penggiat dunia sosial. Begitu percaya diri dengan solusi yang dibawa tapi justru jadi placebo, obat yang tidak mengobati. Pada tahap inilah riset menjadi penting untuk mengetahui akar dari masalah, bukan hanya gejala yang kasat mata.

2) Seperti Amoeba
amoeba
     Masih ingat bagaimana bentuk Amoeba? Badannya melar kian kemari, bisa tumbuh di satu sisi bisa pula di sisi lain. Begitu pula para aktifis yang generalis. Hari ini mengurusi pendidikan, besok kesehatan, besoknya lagi sudah bicara lingkungan, padahal sumber daya terbatas. Every social entrepreneur need to grow like an arrow: lean, focus and sharp!
     Apapun masalahnya, jika ditekuni dengan fokus pasti perlahan ada jalan keluar. Tapi, sekali berpindah-pindah, makalearning curve juga menjadi tidak optimal. Coba kita lihat Indonesia Mengajar. Dari dulu sampai sekarang mengurusi pendidikan, lebih spesifik lagi pendidikan dasar. Tidak pernah mereka bicara masalah kesehatan atau lingkungan. Di samping itu, fokus dalam konteks ini selain mencakup bidang gerak, bisa juga lokasi pemberdayaan atau segmen penerima manfaat. Semuanya butuh fokus dan ketekunan.
     Terkadang ketidak-fokus-an ini juga muncul bukan semata keinginan internal tapi juga karena ada kesempatan atau dorongan eksternal seperti misalnya tawaran grant. Untuk itu, penting untuk melihat kembali apa misi utama organisasi.Don't be opportunity driven but be mission driven.

3) Menggantikan Tuhan
beggingHands
     Idealnya, intervensi sosial yang dilakukan mampu menciptakan kemandirian. Beda dengan bantuan sosial yang cenderung menciptakan ketergantungan. Bahayanya lagi, skema relasi pemberi-penerima ala bantuan sosial membuat social entrepreneur mulai dianggap sebagai Tuhan yang bisa memberikan segala-galanya. Padahal setiap insan punya potensi untuk mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri.
     Ambil contoh Telapak, social enterprise asal Kendari, Sulawesi Tenggara yang menyelesaikan masalah illegal logging melalui sistem pengelolaan hutan berbasis komunitas (community logging) dengan koperasi sebagai payungnya. Alhasil masyarakat lebih sejahtera karena mampu menjual kayu-kayu yang tersertifikasi dengan harga yang layak, bahkan ke pasar internasional. Keuntungan dikelola dalam unit usaha yang dimiliki bersama. Lebih penting lagi, hutan menjadi lestari karena penebangan dilakukan secara bertanggung jawab.
     Kini Telapak merambah daerah-daerah lain dan masyarakat yang ditinggalkan tetap bisa sejahtera dengan unit usaha yang mereka miliki bersama. Pemberdayaan masyarakat haruslah menciptakan individu berdaya dan punya harga diri bukan bergantung dan ingin selalu diberi.

4) Tergesa-gesa
personal-finances-in-a-hurry
     Di Seattle Foundation, saya pernah mendapat materi tentang strategi perubahan sosial. Tiga cara diutarakan:Intervention, Prevention dan Systemic Change. Untuk Intervention umumnya berbentuk tindakan langsung yang menjadi solusi jangka pendek. Prevention, berarti pencegahan agar masalah tersebut tidak terulang. Systemic changesifatnya advokasi/lobi agar terjadi perubahan pada level pengambilan kebijakan dan regulasi.
     Ambil contoh masalah pendidikan. Level intervention berbentuk donasi buku atau alat tulis. Level preventif membangun sekolah-sekolah baru. Dan level systemic change adalah perubahan kurikulum atau peningkatan gaji guru. Social Entrepreneur baiknya memilih salah satu pendekatan diatas, lalu perlahan masuk ke pendekatan yang lebih strategis dengan masalah yang lebih besar. Strategic philantrophy approach: isolate one problems, and develop specific programs to be implemented step by step.
     Semua dilakukan dengan tahapan dan proses, penuh kesabaran bukan tegesa-gesa. Terlebih objek bukan benda mati melainkan manusia dengan segala kompleksitasnya sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat. Bukankah mengubah diri sendiri saja sulit, apalagi mengubah orang lain?

 5) Nafas Pendek
bigstock-Silhouette-Of-An-Exhausted-Spo-56076581
     Menjadi entrepreneur seperti banyak dibahas: resikonya besar, tekanan tinggi, dan sering menghadapi resistensi. Lalu, menambah kata social didepan kata entrepreneur tidak membuat situasi jadi lebih baik. Terlebih bicara resistensi, profesi social entrepreneur adalah pilihan non populer yang sulit dimengerti, “kamu ini mau bantu orang atau cari duit, ga jelas!
     Dari segi finansial, menjadi social entrepreneur juga bisa dibilang tidak efisien karena harus mengakomodir biaya-biaya tambahan yang dalam kaca mata bisnis tidak menguntungkan. Misalnya, dalam konteks micro finance, tengkulak beroperasi dengan sangat lean dan efisien. Meminjamkan uang lalu menagih dengan bunga tinggi. That's it! Tapi apa yang dilakukan Leonardo Kamilius, Andi Taufan dan social entrepreneur lainnya berbeda. Mereka tidak hanya meminjamkan tapi juga melakukan pelatihan kepada masyarakat, memberikan edukasi cara mengelola uang, merencanakan tabungan pendidikan anak,dll. Secara bisnis mungkin tidak penting, tapi disanalah dampak sosial yang dibutuhkan.
     Dalam konteks ini, tidak sedikit social entrepreneur yang bernafas pendek. Usia usaha tidak bertahan lama karena sudah terlebih dahulu krisis cash flow atau gagal menemukan model bisnis yang tepat. Padahal yang membuat social entrepreneur istimewa adalah kata entrepreneur yang dapat diartikan orientasi terhadap revenue/income untuk menopang kesinambungan dampak sosial.
     Belum lagi mahasiswa-mahasiswa yang membuat social project paruh waktu. Nafasnya super pendek karena memang sifatnya volunteerism. Awalnya terlihat seru dan membanggakan tapi langsung ditinggalkan ketika lulus kuliah atau melihat peluang lain. Alhasil, masyarakat yang sudah dijanjikan ini itu jadi kecewa. Mereka jadi korban mahasiswa PHP.
Semoga kita terhindar dari kelimanya.

*Dikutip dari sosialbisnis.com